Perkembangan dan kemudahan dalam mengakses teknologi komunikasi dan informasi berdampak pada bertambahnya jumlah pengguna media sosial.Media sosial saat ini telah menjadi pilihan paling popular dalam melakukan komunikasi, terutama bagi mahasiswa. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa konten internet yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah media sosial. Pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai persentase sebesar 87,13 % pada tahun 2017 dengan komposisi sebesar 79,23% adalah mahasiswa dan pelajar. Pengguna 18-24 tahun menjadi kelompok usia pengguna Instagram paling besar di Indonesia,
Media sosial merupakan Salah Satu Teknologi yang memiliki pengaruh penting dalam kehidupan terlebih di era digital seperti ini hampir semua pekerjaan sehari-hari bergantung pada teknologi. Tidak diragukan lagi terutama masalah media sosial yang kerap sekali diperbincangkan seperti adanya 2 Aplikasi yang sangat viral dikalangan penduduk mancanegara, terlebih di Indonesia. Di masa pandemi seperti ini banyak ditemukan kasus demand tik tok dan scroll Instagram nahhh debut Saja Aplikasi TIGRAM (tik- tok dan Instagram ) banyak sekali beredar vidio tersebut yang menjadikan banyak sekali pemuda pemudi Bangsa yang menggunakan dua Aplikasi tersebut.Sehingga munculnya real culture yang disebabkan oleh adanya kecanduan dari penggunaan media social. Kecanduan “Tikgram” dapat memberikan dampak negatif bagi pengguna Diantaranya yaitu pengguna akan lebih merasa nyaman dengan sibuk pada aplikasi tersebut bahkan menyebabkan kurangnya interaksi dengan orang lain bukan hanya itu
Jika terlalu asyik mengakses “Tikgram” memicu adanya cyber-bullying,depresi, serta menjadikan individu malas belajar.budaya seperti itulah apabila tidak dicegah maka akan mengakibatkan dampak negative kedepannya.
Di man 1 Pasuruan kerap sekali ditemui anak-anak yang masih banyak menggunakan “tigram” bahkan ketika waktu istirahat maupun jamkos yang dilakukan oleh kebanyakan dari mereka adalah scroll Instagram, scroll tik-tok bahkan sampai membuat konten di tiktok, Hal inilah yang memulai memicu adanya kecanduan. Dimulai dari kebiasaan yang buruk yang kerap dilakukan maka akan muncul adanya budaya baru yang tidak baik dikalangan kita. Kedua Aplikasi tersebut sebenarnya membuka peluang kita untuk melek terhadap perkembangan
informasi duania luar karena banyak sekali dari beberapa aplikasi di media social informasi mengenai perkembangan dunia baik dalam negeri maupun negeri.
Tujuan dari problem solving intensitas penggunaan aplikasi “tigram” ini berguna untuk memecahkan masalah yang kerap terjadi dikalangan pelajar khusunya pelajar di man 1 Pasuruan agar tidak menimbulkan dampak buruk kedepannya, sehingga adanya upaya pencegahan yang nantinya bisa berguna bagi kalangan remaja terutama bagi siswa man 1 Pasuruan.
Sebab Jika tidak ada upaya pencegahan maka akan bisa menimbulkan dampak yang berkepanjangan baik di bidang soaial, budaya, dan psikologi serta hilangnya nilai moral dikalangan remaja di masa seperti sekarang ini.
Adanya problem solving tersebut maka.bagaimana cara kita untuk mencegah intensitas penggunaan aplikasi “tigram” dikalangan remaja terutama bagi siswa man 1 Pasurun ? Serta bagaimana upaya penenganan bagi siswa yang kerap berlebihan dalam menggunakan dua aplikasi tersebut agar tidak terjadi real culture? Dalam Hal ini peneliti tertarik untuk melakukan riset mengenai “Problem Solving Intensitas Penggunaan Aplikasi “Tigram” (Tik Tok Dan Instagram) Sebagai Bentuk Real Culture Bagi Kalangan Siswa Di Man 1 Pasuruan”.
FULL PDF gayyys CONTOH KTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar